Wednesday, December 13, 2017

Sepotong Besi Berkarat


SEPOTONG BESI BERKARAT

Adakalanya mengangkat sepotong besi bernyali. Tersiar langkahkan kaki memusat ke ruang sunyi. Pada sumur itu lakaran denyut nadi semakin dalam semakin nyeri.

Lalu ia berdiri dan apabila bayangan itu bergeser ia berkata, pergilah. Jika ia tidak ingin pergi, sungguh ia akan menjadi rupa kalah. Suara jiwa menyimpang melalui lidah.

Setiap angin berhembus, bintang gemintang dan mayapada tertunduk luruh menjadi saksi bahwa ia adalah hamba. Jangan palingkan muka apalagi meneteskan airmata. Ikrar sebagai kawula menempa kembali dadanya.

Apakah karena persolekan pada tubuh itu. Jauh untuk mengharapkan penghambaan kepadamu. Terlukis dalam hati pengemis yang kokoh berdiri di pelataran rumahmu.

Ia hanyalah sepotong besi berkarat. Pada sumur tua itu ia tersesat. Melihat bayang malaikat.

08/10/2017

Syndrom Kopi Anti Korupsi

SYNDROM KOPI ANTI KORUPSI

KITA maknai korupsi adalah sikap dan perilaku, kalau dalam dunia pendidikan ini merupakan aspek psikomotor dan aspek afeksi bukan aspek kognisi. Maka tidak heran pelaku korupsi mereka yang memiliki aspek kognisi yakni mereka yang bergelar sarjana. Maka kedua aspek tersebut adalah nilai-nilai, nilai-nilai tersebut menjadi syndrom yang dikenal dengan sebutan syndrom korupsi. Sehingga negara membutuhkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan setiap tanggal 9 Desember diperingati Hari Anti Korupsi. Tugas dari lembaga penegak hukum tersebut tidak hanya pada wilayah membongkar ataupun menangkap seseorang yang melakukan tindakan korupsi. Lebih dari itu yakni wilayah pendidikan dan pengajaran yang bermuara pada bentuk kesadaran.

Syndrom korupsi sudah mendarah daging, bisa jadi ini merupakan peradaban. Jika kita mensepakati bawasanya output dari korupsi adalah material oleh karena hal itulah yang dinampakan saat ini. Bawasanya korupsi itu soal uang negara, soal jabatan dan wewenang.

Akan tetapi jika kita menilik pandangan paling atas bawasanya ini soal nilai, maka kita harus menemukan akar dari syndrom korupsi tersebut. Oleh karena materi merupakan sebagian kecil dari output korupsi.

Kita tidak mampu mempertanyakan kesadaran, kedalaman jiwa seseorang, bagaimana cara pandangnya, cara merasakan, memahami, maupun memaknainya.

Apakah korupsi peristiwa mental sehingga perlu dikampanyekan Revolusi Mental. Apakah korupsi merupakan adegan akhlak sehingga mata pelajaran terintegrasikan dengan nilai-nilai korupsi. Atau sandiwara apa yang hendak dimainkan oleh para pelaku teater, sandiwara kebudayaan, politik, ataukah inilah sendau gurau para maling.

Sampai disini kita lantas berteriak "ganyang koruptor, hukum mati, inilah bahaya laten korupsi." Anak-anak terlantar, ibu-ibu tidak mampu beli susu, para bapak di PHK, dan pemudanya menjadi penganguran.

Para koruptor itu tidak akan menyesal sebelum tertangkap. Karena di dalam kesadaran jiwanya tidak memiliki rasa malu. Malu kepada dirinya, malu pada Tuhannya. Lalu Cungkring nyeruput KOruPsI, matilah kau.

09/12/2017
#SulukCungkring #MadzabCungkring

Friday, December 1, 2017

Lukni Maulana dalam Pandangan Budayawan Eko Tunas

Sepertinya dia tidak kemana-mana, tapi anehnya ada di mana-mana. Di setiap pengajian, pers, kesenian bisa dipastikan dia ada -- di Semarang, Jawa Tengah maupun nasional. Dari acara di warung lesehan, gedung pemerintah, hingga hotel berbintang. Bahkan acap dialah pemrakarsa dengan tiga status: kiai, wartawan, seniman.

Sebagai kiai dia ada di belakang beberapa majelis taqlim. Sebagai wartawan dia pengelola beberapa media on line dan penerbitan. Sebagai seniman, penampilan baca puisinya lebih kucing dari Sutardji Calzoum Bachri. Tidak percaya, saksikan saja di panggung mbah google, sembari persiapkan jempol anda. Itu semua disembunyikannya dengan sikap dan gaya bagai kucing manis. Muda, kalem, rendahati, lebih suka duduk manis menyendiri di pojok. Sebagai teman dia punya kemampuan menemani melebihi pacar bahkan isteri. Setia menemani ngopi-ngobrol sampai pagi sambil dialah yang menraktir.

Pengalaman berteaternya dia buktikan saat gelar teater out door dalam Pesta Rakyat Kampung Tanggungrejo Teha Edy Djohar. Dia begitu fasih berperan sebagai mayat yang terapung di sungai, meski sempat hampir wafat beneran karena tersedot lumpur hidup. Kemudian diseret awak Teater Gema ke pinggir sungai, dan tetap andal saat seluruh badannya dilumuri tinja oleh Maulid Ndalu dalam performance yang disebut me-tai-kologi. Lalu diarak di siang terik keliling jalanraya Kaligawe Semarang, sambil diam-diam beberapa kali pingsan. Ada beberapa peristiwa saya saksikan yang membuktikan bahwa dia manusia dalam arti yang sebenarnya.

Paling mengharukan ialah saat jelang lebaran kemarin, dialah orang pertama yang membawa sendiri parsel ke rumah saya. Surprise lain yang dilakukannya antaralain, dialah salahseorang penggagas konsep/kelompok Puisi Kampungan. Menerbitkan sendiri puisi-puisi kelompok tersebut. Gratis! Dia juga menerbitkan buku puisi beberapa penyair sahabatnya seperti Melur Seruni, Artvelo Sugiarto, juga puisi dan novel ET. Mendatang dia akan menerbitkan antologi penyair cewek trendy yang puisi-puisinya bahkan lebih bagus dari karya Sapardi Damono. Siapa penyair cantik berpassion gotic ini, tunggu saja saatnya, katanya sembari senyum kependem.

Betapa pun pria imut beristeri hanya satu dan beranak baru dua ini adalah potensi langka yang dimiliki Kota Semarang. Ya, dialah sahabat dan saudara kita semua: Kiai Cungkring Lukni Maulana #SeriLaronSemarang.

Sumber:
Status facebook Eko Tunas

Thursday, November 30, 2017

Merawat Kebinekaan: Antologi Puisi Balai Bahasa Jawa Tengah


KARYA puisi saya ada satu yang berjudul "Tentang Batu dan Daun"

Judul: Antologi Puisi Merawat Kebinekaan
Cetakan: 2017
Penyunting: Suryo Handono
Tata Letak: Kahar Dp
Desain sampul: Arif Budi Mawardi
Penerbit: Balai Bahasa Jawa Tengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Saridin Ancam Embargo Negaraku

SARIDIN ANCAM EMBARGO NEGARAKU

SARIDIN ini memang orangnya agak nyeleneh dan unik. Dia bukan raja, tokoh kehormatan, golongan bangsawan, pejabat, maupun wakil rakyat. Ia hanyalah Saridin yang berasal dari dua kata yakni Sari yang berarti inti dan Din yang bermakna agama. Jadi Saridin adalah inti dari ajaran agama.

Saridin akan mengancam dirinya dengan mengembargo dirinya sendiri. Bagaimana cara Saridin mengembargo dirinya? Ternyata ia mulai dari yang sederhana yakni tentang makna kebutuhan dan keinginan.

Ketika ia berpakaian, berpakaiannya cukup sederhana tidak perlu mahal asal pantas dipakai dan yang utama menutup atas apa yang pantas ditutup. Handphonenya tidak bermerk, karena kebutuhannya hanya sebagai alat komunikasi. Makannyapun seadanya, yang terpenting ia kenyang. Begitupun alat transportasinya, tidak seperti pejabat yang mengkoleksi beragam merk mobil dan montor, yang terpenting baginya dapat mengantar ia sampai tujuan yang hendak dituju. Rumahnya tidak seperti istana dengan beragam ornamen dan hiasan mahal atau bahkan ada algojonya kalau perlu dijaga singa dan gajah,  baginya rumah bisa membuatnya nyenyak untuk tidur dan istirahat.

Itulah Saridin "Wala tasrifuu innaka la yuhibbu musrifiin (Dan janganlaj kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan)."

Lho katanya Saridin mengancama embargo negaraku? Iya, Saridin mengancam dirinya dan dirinya adalah negaraku. Ada negara-negara yang sukses oleh karena diembargo sebut saja Kuba dan Iran.

Ketika kita diembargo, maka mau tidak mau kita akan berfikir dan mencari titik temu permasalahan untuk menjadi negara yang mandiri.

Negara lain tidak berani mengembargo negara kita, karena di negara ini memiliki segalanya. Kalau diembargo mereka khawatir dengan kita, mereka takut negara kita akan menjadi negara yang kuat dan berdikari.

Ketakutan dan kekhawatiran mereka lantaran mereka takut dan khawatir tidak mendapatkan susu segar dari kita, seperti barang tambang,  hasil perikanan, pertanian, maupun hutan. Karena negara kita kaya akan sumber daya alam.

Mereka takut dan khawatir karena orang-orang kita pintar dan cerdas. Kita pandai membuat pesawat, mobil, dan bahkan jaringan telekomunikasi. Setiap ada lomba sains internasional, kita selalu juara. Kita pandai memanfaatkan barang rongsokan, lihat saja tabung bekas komputer aja bisa jadi televisi. Kita juga pintar memodifikasi, lihat saja sekarang ada bentor alias becak montor. Apalagi soal bercocok tanam, meludah saja ludah kita akan tumbuh tanaman.

Kita juga bangsa berkebudayaan dan berperadaban, lihat saja peninggalan nenek moyang kita dari beragam candi-candi yang tidak bisa ditiru negara lain. Dari tarian, musik hingga beragam kesenian lainnya yang tidak dimiliki negara lain.

Apakah kita siap mengembargo sendiri, tanpa harus menunggu negara lain mengembargo negara kita?

20/11/2017 | #SulukAsthabil #SulukCungkring

Tuesday, November 28, 2017

Kang Dul dan Keteraturan Materi

KANG DUL DAN KETERATURAN MATERI

Foto: Aku, Daniel Hakiki, Maston Lingkar dan Kiai Budi di PP. Al-Islah Semarang
PAGI sekali Pak RT sudah mendatangi Cungkring, biasalah orang kurang kerjaan biasanya suka ngobrol ngalor ngidul. Dari ngobrolin kondisi ekonomi yang semrawut, politik carut-marut, hingga ngomongin tetangga yang hidupnya kalut.

Kang Dul itu luar biasa, halaman rumahnya seperti gambaran surga. Ada air mengalir di kolamnya, bunga-bunga yang bermekaran, burung-burung berkicau, dan tentunya hewan-hewan lain yang turut menambah suasana keindahan surga. Bahkan beragam tanaman seperti buah mangga, sirkaya, pisang, kedondong, blimbing, nangka, jambu.

Lebih luar biasa, buah-buahnya pada jatuh ia kumpulkan dan ditaruh di meja. Anehnya lagi banyak buah yang matang di pohon, sampai-sampai banyak yang dimakan tupai maupun kekelawar.

"Kang Dul, tidak suka dengan buah-buahan. Ini buah boleh saya bawa pulang," tanya Pak RT

"Boleh. Silahkan," jawab Kang Dul

"Bukannya saya tidak suka. Buah itu ada bagiannya masing-masing. Seperempat untuk dijual, seperempat untuk binantang yang memakannya, lalu seperempatnya untuk bisa dibagikan ke tetangga atau orang lain yang suka buah tersebut, dan seperempat yang terakhir untuk saya dan keluarga tentunya," tutur Kang Dul.

Sekilas peristiwa itu diceritakan Pak RT kepada Cungkring.

Ternyata kita bisa belajar hakikat kehidupan dari Kang Dul, "ni'mal abdu innahu awaabun (Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat kepada Tuahnnya)."

Kang Dul mengajari kita taat kepada Tuhannya, oleh sebab inilah hubungan Tuhan, alam, dan manusia. Salah satu tujuan hidup manusia itu kan menjadi khalifah di bumi untuk memakmurkannya.

Salah satu bentuk peran memakmurkannya Kang Dul, ia tidak lupa dengan para binatang yang membutuhkan makan. Begitupun juga ia masih ingat untuk berbuat baik kepada tetangga maupun orang lain. Bahkan tidak melupakan dunianya sendiri yakni dua perempat tersebut ia jual untuk memenuhi dunianya dan keluarganya.

Dan pada yang satu tersebut, membelah menjadi beberapa bagian, dan kembali kepada kesempurnaan yang esa.

Dengan demikian, ini merupakan bentuk cinta seorang hamba kepada Tuhannya. Ia tidak memperioritaskan sesuatu apapun hanya untuk Tuhannya, karena setiap sendi pada dasarnya berperioritas kepada Tuhannya. Inilah hubungan dua dimensi hablum minnas wa hablum minallah.

Lain lagi dengan para politikus, mereka juga membagi kekuasannya menjadi empat bagian. Bagian pertama untuk partai yang mengusungnya, bagian kedua untuk para tim sukses, bagian ketiga untuk pemodal beserta asetnya yakni masa yang memilihnya, dan bagian yang terakhir untuk dirinya. Dan kesemua bagian hanya untuk dunianya.

Kalau begini jadi ingat lagu, "Ingat empat perkara sebelum empat perkara." Ingat sehat sebelum sakit, ingat muda sebelum tua, ingat lapang sebelum sempit, ingat kaya sebelum miskin, dan ingat hidup sebelum matimu.

"Bukan. Itu "Ingat Lima Perkara, sebelum lima perkara," sahut Pak Rt

"Oh..ya, ding," jawab Cungkring.

Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik,  "Waahsinuu innallaha yuhibbul muhsiniin."

16/11/2017 | #SulukAsthabil #SulukCungkring

Saturday, November 25, 2017

(Darurat) Semarang Surga yang Hilang: Sastra Pelataran Bersama Djawahir Muhammad dan Aktor Studio

#SastraPelataran | SEMARANG SURGA YANG HILANG
Djawahir Muhammad & Aktor Studio

Sabtu, 25 November 2017 | 19.30 Wib | Hall Balaikota Semarang (Jl. Pemuda Kota Semarang)

Director & Naskah:
Djawahir Muhammad

Pimpinan Produksi:
Lilik Buchori

Penanggung jawab:
Rakhe Chudori

Manager:
Musyafak Achmad

Pemain:
Aan Nawi, Evita Erasari, Fauziah Az Zahra, Nurin DA, Kelana Siwi, Lukni Maulana, Aria Wibawa, Syarief Rahmadi, Slamet Unggul, Bayu Aji Anwari, Irma Dayanti, Achmat Tahriq, Shodiq, Kang Ujang, dan Tundung Klavierra

Tata Panggung:
Heru Rusdianto

Tata Kostum:
Dwi Utamai, Dina Aria

Propeties:
A. Azis, Racmad Poniman

PU:
Lusiana Maulid Ndalu, Hadi Subeno

==========!!!!===================
GRATIS | TERBUKA UNTUK UMUM
#Sastra #Puisi #MusikalisasiPuisi #AktorStudio #AkademiSemarang #Semarangsurgayanghilang #KotaSemarang